AI Ubah Cara Mesin Pencari, Sumber Tak Populer Lebih Sering Dikutip

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Apa jadinya jika mesin pencari yang Anda gunakan setiap hari tiba-tiba lebih memilih website kecil dan kurang dikenal daripada situs-situs besar yang biasa muncul di halaman pertama? Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa itulah yang sedang terjadi dengan mesin pencari bertenaga AI. Sistem kecerdasan buatan ini ternyata lebih sering mengutip sumber-sumber yang jarang terdengar, mengubah fundamental cara kita menemukan informasi online.

Bayangkan Anda mencari resep kue spesial. Biasanya, Anda akan langsung mengklik situs masak ternama yang muncul di hasil teratas Google. Tapi dengan AI search engine, bisa jadi yang muncul justru blog pribadi seorang ibu rumah tangga di kota kecil dengan resep turun-temurun. Inilah perubahan mendasar yang diungkap studi dari Ruhr University Bochum dan Max Planck Institute for Software Systems. Mereka membandingkan hasil pencarian tradisional Google dengan respons dari Google AI Overviews, Gemini 2.5 Flash, dan dua varian GPT-4o dengan mode pencarian web.

Yang mengejutkan, sistem AI seringkali mengambil informasi dari website yang peringkat popularitasnya jauh lebih rendah. Dalam banyak kasus, sumber-sumber ini bahkan tidak muncul dalam 100 hasil teratas Google untuk kueri yang sama. Para peneliti menggunakan berbagai kueri tes, termasuk pertanyaan pengguna nyata dari percakapan ChatGPT, topik politik dari AllSides, dan produk paling banyak dicari di Amazon.

Menggunakan Tranco, alat peringkat domain, penelitian ini menemukan bahwa sumber yang digunakan mesin AI memiliki peringkat yang secara signifikan lebih rendah daripada yang ada di hasil teratas Google. Hasil dari Gemini bahkan memiliki peringkat domain median di luar 1.000 teratas. Lebih dari separuh sumber yang dikutip oleh Google AI Overviews tidak muncul dalam 10 hasil tradisional. Sekitar 40 persen bahkan tidak ada dalam 100 teratas sama sekali.

Namun, pergeseran menuju website yang kurang dikenal ini ternyata tidak mengurangi kualitas informasi. Model berbasis GPT sering mengutip situs perusahaan dan konten ensiklopedis sambil menghindari media sosial. Studi menemukan bahwa hasil pencarian yang dihasilkan AI mengandung rentang “konsep” yang dapat diidentifikasi hampir sama dengan pencarian tradisional, menunjukkan bahwa sistem AI mempertahankan tingkat keragaman informasi yang sebanding.

Perubahan ini mengingatkan kita pada perkembangan persaingan mesin pencari di China dimana Bing berhasil menggeser dominasi Baidu. Tapi kali ini, perubahannya lebih fundamental – bukan sekadar pergantian pemain, tapi perubahan aturan permainan.

Sintesis vs Popularitas: Pertaruhan Baru Otoritas Online

Karena model AI ini meringkas informasi daripada mencantumkan sumber individual, mereka sering memampatkan data dalam jumlah besar menjadi respons yang lebih pendek. Kompresi ini dapat menyebabkan hilangnya detail yang lebih kecil atau lebih ambigu yang mungkin masih muncul dalam hasil pencarian tradisional. Seperti pisau bermata dua, di satu sisi kita mendapatkan informasi yang lebih padat dan terstruktur, di sisi lain kita kehilangan nuansa dan keragaman perspektif.

Peneliti juga mencatat bahwa alat pencari bertenaga AI kesulitan dengan topik yang sensitif terhadap waktu atau berubah dengan cepat. Mode hybrid GPT-4o, misalnya, terkadang gagal memberikan informasi terbaru ketika merespons kueri tentang peristiwa terkini atau subjek yang sedang tren. Ini menjadi tantangan serius mengingat kecepatan perkembangan informasi di era digital.

Fenomena ini juga mengingatkan kita pada kasus AI yang salah mendeteksi kantong keripik sebagai senjata di sekolah Baltimore. Meski konteksnya berbeda, keduanya menunjukkan betapa sistem AI masih memiliki kelemahan dalam menafsirkan realitas dengan akurat.

Masa depan pencarian bukan tentang lebih baik atau lebih buruk. Ini tentang perbedaan. Dan jika penelitian ini benar, AI mungkin sedang membangun web yang lebih menghargai sintesis daripada popularitas, dan itu menulis ulang aturan otoritas online. Pergeseran ini bisa menjadi berkah bagi konten kreator kecil yang selama ini tenggelam dalam dominasi website besar, sekaligus tantangan bagi kita sebagai pengguna untuk lebih kritis dalam menilai kredibilitas informasi.

Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh berbagai alternatif mesin pencari selain Google, penelitian ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana AI mengubah lanskap pencarian informasi. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat munculnya pemain-pemain baru yang sepenuhnya mengadopsi pendekatan sintesis AI ini, menantang dominasi raksasa teknologi yang ada saat ini.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI