Telset.id – Bayangkan Anda pemilik toko di mal. Setiap penjual harus bayar sewa dan bagi hasil. Lalu, ada pedagang yang protes, mau jualan di mal Anda tapi pakai kasir sendiri di luar, tanpa bagi hasil. Kira-kira, Anda setuju? Itulah inti pertarungan hukum yang sudah berlangsung tahunan antara Apple dan Epic Games. Dan putusan banding terbaru hari ini, Jumat (12/12/2025), membawa angin segar—meski tidak sepenuhnya—bagi raksasa Cupertino itu.
Pengadilan Banding Sirkuit ke-9 Amerika Serikat sebagian besar menegakkan putusan sebelumnya yang menyatakan Apple melanggar perintah pengadilan terkait sistem pembayaran pihak ketiga. Namun, di tengah kekalahan itu, ada satu kemenangan strategis yang berhasil direbut Apple: hak untuk tetap mengenakan komisi atas transaksi yang dilakukan melalui sistem pembayaran luar tersebut. Ini bukan sekadar soal persentase, tapi tentang masa depan kontrol Apple atas ekosistem App Store-nya yang bernilai miliaran dolar.
Kisahnya berawal dari gugatan Epic Games, sang pengembang game fenomenal Fortnite, yang menuduh Apple melakukan praktik monopoli dengan mewajibkan penggunaan sistem pembayarannya sendiri dan mengambil potongan 30% (atau 15% untuk langganan tahun kedua). Pada 2021, Hakim Yvonne Gonzalez Rogers memutuskan Apple harus mengizinkan pengembang untuk menautkan ke sistem pembayaran eksternal. Putusan itu menjadi pukulan, meski pengadilan tidak menyebut App Store sebagai monopoli. Konflik memanas lagi pada Mei 2025, ketika Hakim Rogers menyatakan komisi 27% yang diterapkan Apple untuk transaksi luar itu melanggar perintahnya sebelumnya. Apple pun tak tinggal diam, langsung mengajukan banding darurat.
Nah, putusan banding hari ini ibarat babak baru yang seru. Pengadilan setuju dengan Hakim Rogers bahwa Apple bersalah melanggar perintah (contempt of court) dengan skema komisinya itu. Tapi, di sisi lain, para hakim banding membatalkan bagian perintah yang melarang Apple sama sekali mengenakan komisi. Logikanya, menurut pengadilan, Apple tetap berhak atas kompensasi untuk layanan dan platform yang disediakannya, meski pembayaran dilakukan di luar. Ini seperti mengakui bahwa pemilik mal tadi tetap berhak atas sewa, sekalipun pedagangnya punya kasir sendiri.
Dampak Riak yang Bisa Menjadi Gelombang
Lalu, apa artinya bagi kita, para pengguna dan pengembang aplikasi? Bagi pengembang kecil, ini bisa jadi berita kurang menggembirakan. Pintu untuk sistem pembayaran eksternal memang terbuka lebih lebar, yang berpotensi menghemat biaya. Namun, dengan Apple yang masih diperbolehkan memungut komisi—meski mungkin persentasenya akan ditinjau ulang—potensi penghematannya mungkin tidak sebesar yang diharapkan. Perang ini bukan cuma tentang Epic Games dan Apple, tapi menjadi preseden bagi seluruh industri. Kemenangan parsial Apple ini mungkin akan mempengaruhi kasus-kasus serupa, termasuk gugatan terhadap praktik bisnis raksasa teknologi lainnya. Anda mungkin ingat, Epic Games juga pernah berurusan dengan Samsung, sebelum akhirnya mengakhiri gugatannya. Dinamika hukum di dunia tech memang kerap saling terkait.
Bagi Apple, ini adalah napas lega. Mengizinkan pembayaran luar tanpa bisa mengambil komisi sama sekali ibarat membiarkan toko-toko di malnya menggunakan utilitas, keamanan, dan lalu lintas pengunjung secara gratis. Nilai App Store sebagai mesin uang bisa tergerus. Sekarang, dengan mandat dari pengadilan banding, Apple punya dasar hukum untuk merancang skema komisi yang “adil” atas transaksi eksternal. Pertanyaannya, adil menurut siapa? Epic Games pasti punya jawaban berbeda.
Baca Juga:
Fortnite dan Drama Keluar-Masuk App Store
Di tengah semua keributan hukum ini, ada satu pihak yang paling merasakan dampak langsung: para pemain Fortnite. Game battle royale itu sempat ditarik dari App Store dan Google Play Store oleh Epic Games sendiri sebagai bagian dari protesnya. Bayangkan, game sepopuler itu hilang dari genggaman jutaan pemain iOS. Baru pada musim semi 2025, Fortnite akhirnya kembali ke perangkat Apple. Dan kebetulan yang menarik, tepat hari ini juga, game itu kembali hadir di perangkat Android. Sepertinya, Epic Games sengaja mengatur waktu kembalinya Fortnite sebagai pernyataan simbolis di hari putusan banding ini keluar.
Kembalinya Fortnite ke iOS bukan tanpa syarat. Seperti dilaporkan sebelumnya, ada kesepakatan damai tertentu yang mengiringinya. Ini menunjukkan bahwa di balik layar, negosiasi dan tarik-ulur antara kedua raksasa ini terus berjalan, meski pertempuran di pengadilan masih berlangsung. Epic Games, di sisi lain, juga dikenal gigih berburu keunggulan pasar. Mereka bahkan rela membayar mahal untuk mendapatkan game eksklusif bagi store-nya, menunjukkan strategi besar mereka di luar sekadar melawan Apple.
Lantas, apa langkah selanjutnya? Pertarungan hukum ini belum berakhir. Kedua belah pihak masih bisa mengajukan banding ke tingkat yang lebih tinggi. Namun, putusan Sirkuit ke-9 ini menetapkan sebuah pijakan penting. Dunia app development kini menunggu: sebesar apa komisi “yang diperbolehkan” itu nantinya? Apakah akan mendekati 27%, jauh lebih rendah, atau menggunakan formula lain? Jawabannya akan menentukan seberapa banyak pengembang yang benar-benar beralih ke sistem pembayaran eksternal.
Perlu diingat, Apple sedang menghadapi tekanan regulasi dari berbagai sisi. Belum lama ini, mereka juga digugat oleh para penulis terkait penggunaan konten untuk pelatihan AI. Ini adalah era di mana model bisnis teknologi tertutup seperti Apple diuji dari segala penjuru. Putusan hari ini mungkin bukan kemenangan mutlak bagi siapa pun, tapi jelas merupakan babak penting yang mengkonfirmasi satu hal: pertarungan untuk ekosistem digital yang lebih terbuka—atau setidaknya, lebih fleksibel—akan terus memanas. Dan kita semua, sebagai pengguna akhir, akan merasakan akibatnya, baik dalam bentuk pilihan pembayaran, harga aplikasi, atau pengalaman bermain game favorit kita.

